Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki
Pewawancara
a.
Netral; artinya,
pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang
diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan
dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.
b.
Ramah; artinya
pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
c.
Adil; artinya
pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara
harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun keberadaannya.
d.
Hindari ketegangan; artinya,
pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai responden sedang
dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak membatalkan
pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya.
Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.
Mengatur Waktu dan
Tempat Wawancara
Pengaturan waktu dan
tempat di atas berlangsung dalam kondisi “normal”, artinya nara sumber memang
sudah bersedia diwawancarai. Namun ada kalanya narasumber sengaja menghindar,
mungkin karena merasa terancam keselamatannya atau ia sendiri mungkin terlibat
dalam permasalahan. Dalam kondisi demikian, wartawanlah yang harus aktif
melacak lokasi keberadaan narasumber, mengejar, mencegat narasumber tersebut
untuk diwawancarai.
Narasumber yang Enggan
Diwawancarai
Jika wartawan
menghadapi narasumber yang enggan diwawancarai, padahal sumber itu sangat vital
bagi peliputan yang sedang dilakukan, wartawan tersebut punya tiga pilihan:
Pertama, menuliskan hasil liputan tanpa wawancara itu. Kedua, menuliskan hasil
liputan dengan tambahan keterangan bahwa setelah berusaha dihubungi berulang
kali, narasumber tetap tidak menjawab panggilan telepon, pesan fax, atau surat
permintaan wawancara. Ketiga, meyakinkan narasumber untuk bersedia
diwawancarai.