PENDAHULUAN
Konflik terjadi karena adanya
perbedaan atau kesalahpahaman antara individu atau kelompok masyarakat yang
satu dan individu atau kelompok masyarakat yang lainnya. Dalam konflik pasti ada
perselisihan dan pertentangan di antara pihak-pihak yang berkonfik.
Konflik bisa dialami oleh siapa
saja pada berbagai lapisan sosial masyarakat. Konflik bisa dimulai dari
keluarga, kelompok organisasi, masyarakat sekitar, nasional, dan global.
Jenis-jenis konflik pun dapat beragam. Untuk mendapatkan gambaran lebih luas
tentang pengertian konflik, berikut dalam makalah ini akan kami bahan mengenai
konflik dalam kelompok komunikasi organisasi.
Manusia di dalam kehidupannya
harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok
atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat
bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial
dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat.
Di dalam kelompok/organisasi itu
selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk
kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan.
Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk
itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik
cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Kerja sama tersebut terdiri dari
berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi
merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk
memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan
yang berkelanjutan.
PENGERTIAN
KONFLIK
Menurut
kamus besar bahasa Indonesia konflik adalah percekcokkan, perselisihan,
pertentangan. Konflik berasal dari kata kerja bahasa latin yaitu configure yang
berarti saling memukul. Secara Sosiologis konflik diartikan sebagai proses
social antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak
berdaya.
Jika dilihat
definisi secara sosiologis, konflik senantiasa ada dalam kehidupan masyarakat
sehingga konflik tidak dapat dihilangkan tetapi hanya dapat diminimalkan.
Konflik merupakan sikap saling mempertahankan
diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan
pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka berada
dalam posisi oposisi, bukan kerjasama. Konflik dapat berupa perselisihan
(disagreement), adanya ketegangan (the presence of tension), atau munculnya
kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering
menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai kepada tahap di mana
pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan
pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing masing.
BEBERAPA
FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
Perbedaan
individu yang didasari oleh perbedaan pendirian dan perbedaan perasaan. Setiap
manusia memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda, sehingga dalam
menilai sesuatu tentu memiliki penilaian yang berbeda-beda. Misalnya masyarakat
menilai kebijakan pemerintah mengenai menaikkan harga BBM karena harga bahan
mentah naik. Tentu setiap masyarakat akan menilai dengan pemikirannya
masing-masing yang mungkin secara umum terbagi menjadi kelompok yang pro dan
kontra.
Perbedaan
kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda
Orang dari
kebudayaan berbeda, misalnya orang jawa dengan orang papua yang memiliki budaya
berbeda, jelas akan membedakan pola pikir dan kepribadian yang berbeda pula.
Jika hal ini tak ada suatu hal yang dapat mempersatukan, akan berakibat
timbulnya konflik.
1.
Perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok
Manusia
merupakan mahkluk yang unik karena satu dengan yang lain relative berbeda.
Berbeda pendirian, pemikiran, perilaku, kebiasaan, dsb. Dari perbedaan itu
tentu timbul perbedaan kepentingan yang latar belakangnya juga berbeda.
Misalnya mengenai masalah pemanfaatan hutan. Para pecinta alam menganggap hutan
sebagai bagian dari lingkungan hidup manusia dan habitat dari flora dan fauna.
Sedangkan bagi para petani hutan dapat menghambat tumbuhnya jumlah areal
persawahan atau perkebunan. Bagi para pengusaha kayu tentu ini menjadi
komoditas yang menguntungkan. Dari kasus ini ada pihak - pihak yang memiliki
kepentingan yang saling bertentangan, sehingga dapat berakibat timbulnya
konflik.
2.
Perubahan-perubahan nilai yang
cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan
merupakan suatu hal yang wajar didalam kehidupan bermasyarakat. Tetapi
perubahan yang sangat cepat akan memicu timbulnya konflik. Misalnya masyarakat
pedesaan yang secara umum matapencariannya bertani yang hidupnya
bergotong-royong dengan jadwal waktu yang relative tidak mengikat, kemudian
tumbuh suatu industry dengan waktu yang relative cepat dengan kebiasaan
cenderung individualis, disiplin kerja dan waktu kerja ditentukan, yang secara
umum mengubah nilai-nilai masyarakat desa tadi, tentu akan menimbulkan
konflik berupa penolakan diadakannya industry di wilayah itu.
AKIBAT-AKIBAT
DARI KONFLIK
1.Konflik berakibat tidak baik, seperti :
- Menghambat komunikasi, karena pihak-pihak yang
berkonflik cenderung tidak berkomunikasi.
- Menghambat keeratan hubungan.
- Karena komunikasi relative tidak ada, maka akan
mengancam hubungan pihak-pihak yang berkonflik.
- Mengganggu kerja sama.
- Hubungan yang tidak terjalin baik, bagaimana mungkin
terjadi kerjasama yang baik.
- Mengganggu proses produksi,bahkan menurunkan produksi.
- Kerja sama yang kurang baik, maka produktifitas pun
rendah.
- Menimbulkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
- Karena produktifitas rendah, timbullah ketidakpuasan
terhadap pekerjaan.
- Yang kemudian berakibat pada individu mengalami
tekanan, mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik
diri, frustasi dan apatisme.
2.Konflik berakibat baik seperti:
- Membuat suatu organisasi hidup, bila pihak-pihak yang
berkonflik memiliki kesepakatan untuk mencari jalan keluarnya.
- Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan merupakan
salah satu akibat dari konflik, yang tujuannya tentu meminimalkan konflik
yang akan terjadi dikemudian hari.
- Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan
dan perbaikan dalam system serta prosedur, mekanisme, program, bahkan
tujuan organisasi.
- Memunculkan keputusan-keputusan yang inovatif.
- Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap
perbedaan pendapat.
Sedangkan
menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel jenis-jenis konflik terbagi atas :
- Konflik intrapersonal.
Konflik
intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik ini
terjadi pada saat yang bersamaan memiliki dua keinginan yang tidak mungkin
dipenuhi sekaligus.
- Konflik interpersonal.
Konflik
ini adalah konflik seseorang dengan orang lainnya karena memiliki perbedaan
keinginan dan tujuan.
Konflik
antar individu-individu dan kelompok-kelompok, Hal ini sering kali berhubungan
dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas yang
ditekankan pada kelompok kerja mereka . Sebagai contoh seorang individu dapat
dikenai hukuman karena tidak memenuhi norma-norma yang ada.Konflik
interorganisasi.
- Konflik antar grup dalam suatu organisasi
Konflik
antar grup dalam suatu organisasi adalah suatu yang biasa terjadi, yang tentu
menimbulkan kesulitan dalam koordinasi dan integrasi dalam kegiatan yang
menyangkut tugas-tugas dan pekerjaan. Karena hal ini tak selalu bisa dihindari
maka perlu adanya pengaturan agar kolaborasi tetap terjaga dan menghindari
disfungsional.
PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK
Komunikasi kelompok
adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok
“kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya. Michael
Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai
interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang
telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah,
yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi
anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di
atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki
susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.
Kelompok adalah
sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain
untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga,
kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah
berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga
melibatkan komunikasi antar pribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi
antar pribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori:
1. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi ini penerapannya antara
pribadi/individu dalam usaha menyampaikan informasi yang dimaksudkan untuk
mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai keinginan
bersama.
2.
Komunikasi kelompok
Pada prinsipnya dalam melakukan suatu
komunikasi yang ditekankan adalah faktor kelompok, sehingga komunikasi menjadi
lebih luas. Dalam usaha menyampaikan informasi, komunikasi dalam kelompok tidak
seperti komunikasi antar pribadi.
3.
Komunikasi massa
Komunikasi massa dilakukan dengan
melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan elektronik.
Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para
ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga
klasifikasi kelompok.
a.
Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam
Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu
kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh
hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok
yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak
menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat
membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai
berikut:
1.
Kualitas komunikasi pada kelompok primer
bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling
tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang
kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali
kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok
sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
2.
Komunikasi pada kelompok primer bersifat
personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
3.
Komunikasi kelompok primer lebih menekankan
aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
4.
Komunikasi kelompok primer cenderung
ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
5.
Komunikasi kelompok primer cenderung
informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
b.
Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Theodore Newcomb (1930)
melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok
rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang
anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu.
Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur
(standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok
rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi
perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur
dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga
memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya
miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan
apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan
kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi,
mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek,
peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan
satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana
Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi
kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat
dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.
c. Kelompok
deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W.
Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori
deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses
pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi,
kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok
tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok
penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi
jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok
orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap
anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah
sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas
utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner
radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif,
mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam
mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format
kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel,
forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi
- Konformitas.
Konformitas adalah
perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat
tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok
mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk
mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk
menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok.
Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara
persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah
setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
- Fasilitasi sosial.
Fasilitasi (dari kata
Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau
peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi
pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa
kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku
individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan
orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi
kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku
yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi
peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi
penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah
respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok
mempertinggi kualitas kerja individu.
- Polarisasi.
Polarisasi adalah
kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para
anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi
mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum
diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi
mereka akan menentang lebih keras.
CARA-CARA MENGATASI KONFLIK
Mengatasi konflik antara pihak-pihak yang
bertikai tergantung pada kemauan pihak-pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan
masalah. Selain itu juga peran aktif dari pihak luar yang menginginkan redanya
konflik. Berikut adalah cara-cara untuk mengatasi konflik yang telah terjadi :
- Rujuk
merupakan usaha pendekatan demi
terjalinnya hubungan kerjasama yang lebih baik demi kepentingan bersama pula.
- Persuasi
mengubah posisi pihak lain,
dengan menunjukan kerugian yang mungkin timbul, dan bukti factual serta dengan
menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten dengan norma dan
standar keadilan yang berlaku.
- Tawar-menawar
Suatu penyelesaian yang dapat
diterima oleh kedua belah pihak dengan mempertukarkan kesepakatan yang dapat
diterima.
- Pemecahan masalah
terpadu
Usaha pemecahan masalah dengan
memadukan kebutuhan kedua belah pihak. Proses pertukaran informasi, fakta,
perasaan, dan kebutuhan berlangsung secara terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa
saling percaya dengan merumuskan alternative pemecahan secara bersama dengan
keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.
- Penarikan diri
Cara menyelesaikan masalah dengan
cara salah satu pihak yang bertikai menarik diri dari hubungan dengan pihak
lawan konflik. Penyelesaian ini sangat efisien bila pihak-pihak yang bertikai
tidak ada hubungan. Bila pihak-pihak yang bertikai saling berhubungan dan
melengkapi satu sama lain, tentu cara ini tidak dapat dilakukan untuk
menyelesaikan konflik.
- Pemaksaan dan
penekanan
Cara menyelesaikan konflik dengan
cara memaksa pihak lain untuk menyerah. Cara ini dapat dilakukan apabila pihak
yang berkonflik memiliki wewenang yang lebih tinggi dari pihak lainnya.
Tetapi bila tidak begitu cara-cara seperti intimidasi, ancaman, dsb yang akan
dilakukan dan tentu pihak yang lain akan mengalah secara terpaksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar