20130114

Komunikasi Antar Budaya


A.      KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda. Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan:
1.             Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan,
2.             Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama,
3.             Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita

B.     DASAR-DASAR KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Secara umum komunikasi antarbudaya terdiri dari atas empat variasi, yaitu interracial communication (interpretasi dan berbagi makna antara orang-orang yang berasal dari ras yang berbeda), interethnic communication (interaksi antara orang-orang yang berasal dari etnis yang berbeda), international communication (komunikasi antara orang-orang yang mewakili negara yang berbeda), dan intracultural communication (interaksi antara anggota dari kelompok ras dan etnis yang berbeda (sub-culture) tetapi berasal dari induk budaya yang sama).
Komunikasi antarbudaya merupakan bentuk komunikasi multidemensi dari interaksi antara orang-orang yang berasal dari negara, etnis, ras, dan kelompok budaya lainnya yang berbeda.
Elemen komunikasi antarbudaya berasal dari elemen dasar komunikasi secara umum.
1.             Komunikator
Komunikator adalah pihak yang pertama kali berperan untuk menyampaikan pesan kepada pihak tertentu. Komunikator ini tentu saja mempunyai latar belakang etnis, ras, agama, atau kebudayaan tertentu. Latar belakang ini akan mempengaruhi prilaku berkomunikasi seseorang sehingga ketika proses komunikasi melibatkan komunikator dan komunikan yang berasal daru etnik yang berbeda, maka akan terjadi persepsi yang berbeda pula.
Persepsi seseorang dalam berkomunikasi secara makro dipengaruhi oleh karateristik antarbudaya yang ditentukan oleh nilai dan norma yang menujuk ke arah mikro yang kemudian diwujudkan dalam bentuk kepercayaan, minat dan kebiasaan.
Faktor lain yang dapat yang juga berperan penting dalam keberhasilan proses komunikasi antarabudaya adalah kemampuan berbahasa, baik itu bahasa verbal maupun bahasa nonverbal.
Seorang komunikator perlu memahami bagaimana memilih kosa kata tertentu yang tidak menyinggung perasaan komunikan yang berbeda etnis dengan komunikator. Pemahaman aksen dan bahasa tubuh juga akan berperan penting untuk membangun makna dalam komunikasi antarbudaya.
2.             Pesan
Pesan adalah ide, gagasan atau perasaan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan untuk mencapai pemahaman. Dalam proses komunikasi antarbudaya, pesan berperan dalam membangun hubungan antara komunikator dan komunikan. Dengan kata lain, pesan mempertemukan garis persinggungan antara penyampai pesan dan penerima pesan yang berasal dari budaya yang berbeda.
Pesan yang disampaikan oleh komunikan diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol tertentu yang bisa dalam bentuk simbol verbal maupun nonverbal.
Jika pesan yang disampaikan oleh komunikator telah mempertimbangakan kepentingan komunikan, maka pesan itu akan dapat diterima secara baik sehingga komunikasi antarbudaya yang dilakukan akan mencapai pemahaman.
Sebaliknya, jika pesan yang disampaikan tidak memperhatikan aspek perbedaan etnik, maka komunikasi yang dijalankan itu justru akan menghasilkan konflik atau permusuhan.
Dalam komunikasi antarbudaya, pencapaian persepahaman antara etnik berbeda yang terlibat dalam komunikasi merupakan tujuan utama. Kegagalan membangun persepahaman akan mengakibatkan hubungan multietnik yang tidak harmonis dan bahkan dapat menimbulkan perpecahan.
3.             Komunikan
Dalam komunikasi antarbudaya, komunikan adalah pihak yang mencari makna atau menginterpretasikan pesan yang disampaikan untuk mencapai pemahaman. Dalam melakukan proses pemaknaan ini, komunikan sebagai seorang individu maupun kelompok akan ditentukan oleh persepsi mereka terhadap pesan yang disampaikan.
Persepsi akan ditentukan pula oleh kondisi khas yang dimiliki oleh komunikan seperti pengalaman, kepercayaan dan faktor lainnya. Dalam komunikasi antarbudaya persepsi merupakan cara yang digunakan orang yang berasal dari etnik tertentu untuk memahami atau memberikan makna terhadap sesuatu hal yang berkaitan dengan dirinya dan hubungannya dengan etnik lain.
Proses persepsi dan interpretasi bisa berbeda antara satu orang dengan lainnya sebab proses ini dipengaruhi oleh kondisi atau kualitas diri yang dimiliki oleh orang yang melakukan persepsi dan interpretasi terhadap suatu pesan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan interpretasi adalah pengalaman, sikap dan prilaku, kemampuan berkomunikasi, konsep diri, kebudayaan, harapan, perasaan, dan keluarga.

C.           KEAKRABAN DAN KEBEBASAN MENGUNGKAPKAN PERASAAN
Tindakan keakraban merupakan tindakan yang secara simultan mengungkapkan kehangatan, kedekatan, dan kesiapan untuk berkomunikasi. Tindakan-tindakan itu lebih menandai pendekatan daripada penghindaran dan kedekatan daripada jarak. Contoh tindakan keakraban misalnya senyum­an, sentuhan, kontak mata, jarak yang de­kat, dan animasi suara. Budaya yang menunjukkan kedekatan atau spontanitas antar­personal yang besar dinamakan budaya kontak karena orang-orang dalam negara-negara ini biasa berdiri berdekatan dan sering bersentuhan. Orang-orang dalam budaya kontak yang rendah cenderung berdiri berjauhan dan jarang bersentuhan.
Sangat menarik bahwa budaya kontak tinggi biasanya terdapat di negara-negara ha­ngat dan budaya kontak rendah terdapat di negara-negara beriklim sejuk. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa yang termasuk mempunyai budaya kontak adalah negara-negara Arab, Perancis, Yunani, Itali, Eropa Timur, Rusia, dan Indonesia. Negara-negara dengan budaya kontak rendah misalnya Jerman, Inggris, Jepang, dan Korea. Orang-orang di daerah hangat cenderung menunjukkan kontak fisik lebih ba­nyak daripada orang-orang yang tinggal di daerah dingin.
1.         Individualisme Dan Kolektivisme
Dimensi ini menentukan bagaimana orang hidup bersama, dan nilai-nilai mereka, dan bagaimana mereka berkomunikasi. Kajiannya tentang individualisme dalam lima puluh tiga negara, negara yang paling individualistik secara berurutan adalah Amerika, Australia, Inggris, Kanada, dan Belanda yang semua­nya negara Barat atau Eropa. Negara yang paling rendah tingkat individualismenya adalah Venezuela, Kolombia, Pakistan, Peru, dan Taiwan yang semuanya budaya Ti­mur atau Amerika Selatan. Korea berurutan ke-43 dan Indonesia berurutan ke-47. Orang-orang dari budaya individualistik relatif ku­rang bersahabat dan membentuk jarak yang jauh dengan orang lain. Budaya-budaya kolektivistik saling tergantung, dan akibatnya mereka bekerja, bermain, tidur, dan tinggal berdekatan dalam keluarga besar atau suku.
2.         Feminin Dan Maskulin
Maskulinitas adalah dimensi budaya yang sering terlupakan. Ciri-ciri khas maskulin biasanya disangkutpautkan dengan kekuatan, ketegasan, persaingan, dan ambisi, sedangkan ciri-ciri khas femi­nin dihubungkan dengan kasih sayang, pengasuhan, dan emosi.
Budaya maskulin menganggap penting kompetisi dan ketegasan, sedangkan bu­daya feminin lebih mementingkan pengasuhan dan perasaan. Tidak heran, maskulinitas suatu budaya dihubungkan secara negatif dengan persentase wanita dalam pe­kerjaan teknis dan profesional serta dihubungkan secara positif dengan pemisahan kedua jenis kelamin dalam pendidikan tinggi. Negara dengan maskulinitas tertinggi adalah Jepang, Austria, Venezuela, Itali, dan Swiss. Kecuali Jepang, negara-negara ini semuanya terletak di Eropa Tengah dan Karibia. Negara dengan nilai maskulinitas te­rendah adalah Swedia, Norwegia, Belanda, Denmark, dan Finlandia yang semuanya negara Skandinavia atau Ame­rika Selatan kecuali Thailand. Indonesia ditempatkan di urutan ke-30.
3.         Kesenjangan Kekuasaan
Kesenjangan kekuasaan telah diukur dalam banyak budaya menggunakan Indeks Kesenjangan Kekuasaan (IKK). Budaya dengan nilai IKK tinggi mem­punyai kekuasaan dan pengaruh yang lebih terpusat dalam tangan sedikit orang daripada terbagi dengan cukup merata di seluruh penduduk. IKK sangat berkaitan dengan otoritarianisme. Negara dengan IKK tertinggi adalah Filipina, Meksiko, Venezuela, India, dan Singapura. Negara-negara tersebut semuanya negara-negara Asia Selatan atau Karibia, kecuali Perancis. Negara dengan IKK terendah (mulai dari yang pa­ling rendah) adalah Austria, Israel, Denmark, Selandia Baru, dan Irlandia. Dalam hal ini, Indonesia terletak di tingkat ke-8 yang sangat tinggi. Sistem sosial dengan perbedaan kekuasaan juga menghasilkan perilaku kinesik yang berbeda.
4.         Konteks Tinggi Dan Rendah
Komunikasi atau pesan konteks tinggi (KT) adalah suatu komunikasi di mana sebagian besar informasinya dalam konteks fisik atau ditanamkan dalam seseorang, sedangkan sangat sedikit informasi dalam bagian-bagian pesan yang di­atur, eksplisit, dan disampai­kan. Teman yang sudah lama saling kenal sering menggunakan KT atau pesan-pe­san implisit yang hampir tidak mungkin untuk dimengerti oleh orang luar. Situasi, se­nyuman, atau lirikan memberikan arti implisit yang tidak perlu diucapkan. Dalam situa­si atau budaya KT, informasi merupakan gabungan dari lingkungan, konteks, situasi, dan dari petunjuk  nonverbal yang memberikan arti pada pesan itu yang tidak bisa dida­patkan dalam ucapan verbal eksplisit.
Pesan konteks rendah (KR) hanyalah merupakan kebalikan dari pesan KT, sebagian besar informasi disampaikan dalam bentuk kode eksplisit. Pesan-pesan KR harus diatur, dikomunikasikan dengan jelas, dan sangat spesifik. Tidak seperti hubungan pribadi, yang relatif termasuk sistem pesan KT, institusi seperti pengadilan dan sistem formal seperti matematika atau bahasa komputer me­nun­tut sistem KR yang eksplisit karena tidak ada yang bisa diterima begitu saja.
Budaya konteks yang ditemukan di Timur, Cina, Jepang, dan Korea merupa­kan budaya-bu­daya berkonteks sangat tinggi. Bahasa merupakan sebagian dari sistem komunikasi yang paling eks­plisit, namun bahasa Cina merupakan sistem konteks tinggi yang implisit. Orang-orang dari Amerika sering mengeluh bahwa orang Jepang tidak pernah bicara langsung ke pokok permasalahan, mereka gagal dalam memahami bah­wa budaya KT harus memberikan konteks dan latar dan membiarkan po­kok masalah itu berkembang.

Tidak ada komentar: