A. KOMUNIKASI
ANTAR BUDAYA
Adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki
kebudayaan yang berbeda. Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah
komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik,
atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang
berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke
generasi.
Komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem
simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam
menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi
antarbudaya itu dilakukan:
1.
Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam
pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol)
yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia
dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau
diperjuangkan,
2.
Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung
daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan
dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama,
3.
Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak
terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita
B.
DASAR-DASAR KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Secara umum komunikasi antarbudaya terdiri dari atas empat variasi, yaitu
interracial communication (interpretasi dan berbagi makna antara orang-orang
yang berasal dari ras yang berbeda), interethnic communication (interaksi
antara orang-orang yang berasal dari etnis yang berbeda), international
communication (komunikasi antara orang-orang yang mewakili negara yang berbeda),
dan intracultural communication (interaksi antara anggota dari kelompok ras dan
etnis yang berbeda (sub-culture) tetapi berasal dari induk budaya yang sama).
Komunikasi antarbudaya merupakan bentuk komunikasi multidemensi dari
interaksi antara orang-orang yang berasal dari negara, etnis, ras, dan kelompok
budaya lainnya yang berbeda.
Elemen komunikasi antarbudaya berasal dari elemen dasar komunikasi secara
umum.
1.
Komunikator
Komunikator
adalah pihak yang pertama kali berperan untuk menyampaikan pesan kepada pihak
tertentu. Komunikator ini tentu saja mempunyai latar belakang etnis, ras,
agama, atau kebudayaan tertentu. Latar belakang ini akan mempengaruhi prilaku
berkomunikasi seseorang sehingga ketika proses komunikasi melibatkan
komunikator dan komunikan yang berasal daru etnik yang berbeda, maka akan terjadi
persepsi yang berbeda pula.
Persepsi seseorang
dalam berkomunikasi secara makro dipengaruhi oleh karateristik antarbudaya yang
ditentukan oleh nilai dan norma yang menujuk ke arah mikro yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk kepercayaan, minat dan kebiasaan.
Faktor lain
yang dapat yang juga berperan penting dalam keberhasilan proses komunikasi
antarabudaya adalah kemampuan berbahasa, baik itu bahasa verbal maupun bahasa
nonverbal.
Seorang
komunikator perlu memahami bagaimana memilih kosa kata tertentu yang tidak
menyinggung perasaan komunikan yang berbeda etnis dengan komunikator. Pemahaman
aksen dan bahasa tubuh juga akan berperan penting untuk membangun makna dalam
komunikasi antarbudaya.
2.
Pesan
Pesan adalah
ide, gagasan atau perasaan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
untuk mencapai pemahaman. Dalam proses komunikasi antarbudaya, pesan berperan
dalam membangun hubungan antara komunikator dan komunikan. Dengan kata lain,
pesan mempertemukan garis persinggungan antara penyampai pesan dan penerima
pesan yang berasal dari budaya yang berbeda.
Pesan yang
disampaikan oleh komunikan diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol tertentu yang
bisa dalam bentuk simbol verbal maupun nonverbal.
Jika pesan
yang disampaikan oleh komunikator telah mempertimbangakan kepentingan
komunikan, maka pesan itu akan dapat diterima secara baik sehingga komunikasi
antarbudaya yang dilakukan akan mencapai pemahaman.
Sebaliknya,
jika pesan yang disampaikan tidak memperhatikan aspek perbedaan etnik, maka
komunikasi yang dijalankan itu justru akan menghasilkan konflik atau
permusuhan.
Dalam
komunikasi antarbudaya, pencapaian persepahaman antara etnik berbeda yang
terlibat dalam komunikasi merupakan tujuan utama. Kegagalan membangun
persepahaman akan mengakibatkan hubungan multietnik yang tidak harmonis dan
bahkan dapat menimbulkan perpecahan.
3.
Komunikan
Dalam
komunikasi antarbudaya, komunikan adalah pihak yang mencari makna atau
menginterpretasikan pesan yang disampaikan untuk mencapai pemahaman. Dalam
melakukan proses pemaknaan ini, komunikan sebagai seorang individu maupun
kelompok akan ditentukan oleh persepsi mereka terhadap pesan yang disampaikan.
Persepsi
akan ditentukan pula oleh kondisi khas yang dimiliki oleh komunikan seperti
pengalaman, kepercayaan dan faktor lainnya. Dalam komunikasi antarbudaya
persepsi merupakan cara yang digunakan orang yang berasal dari etnik tertentu
untuk memahami atau memberikan makna terhadap sesuatu hal yang berkaitan dengan
dirinya dan hubungannya dengan etnik lain.
Proses
persepsi dan interpretasi bisa berbeda antara satu orang dengan lainnya sebab
proses ini dipengaruhi oleh kondisi atau kualitas diri yang dimiliki oleh orang
yang melakukan persepsi dan interpretasi terhadap suatu pesan. Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi persepsi dan interpretasi adalah pengalaman, sikap dan
prilaku, kemampuan berkomunikasi, konsep diri, kebudayaan, harapan, perasaan,
dan keluarga.
C.
KEAKRABAN DAN
KEBEBASAN MENGUNGKAPKAN PERASAAN
Tindakan keakraban merupakan
tindakan yang secara simultan mengungkapkan kehangatan, kedekatan, dan kesiapan
untuk berkomunikasi. Tindakan-tindakan itu lebih menandai pendekatan daripada
penghindaran dan kedekatan daripada jarak. Contoh tindakan keakraban misalnya
senyuman, sentuhan, kontak mata, jarak yang dekat, dan animasi suara. Budaya
yang menunjukkan kedekatan atau spontanitas antarpersonal yang besar dinamakan
budaya kontak karena orang-orang dalam negara-negara ini biasa berdiri
berdekatan dan sering bersentuhan. Orang-orang dalam budaya kontak yang rendah
cenderung berdiri berjauhan dan jarang bersentuhan.
Sangat menarik bahwa budaya
kontak tinggi biasanya terdapat di negara-negara hangat dan budaya kontak
rendah terdapat di negara-negara beriklim sejuk. Banyak penelitian yang
menunjukkan bahwa yang termasuk mempunyai budaya kontak adalah negara-negara
Arab, Perancis, Yunani, Itali, Eropa Timur, Rusia, dan Indonesia. Negara-negara
dengan budaya kontak rendah misalnya Jerman, Inggris, Jepang, dan Korea. Orang-orang di daerah hangat cenderung menunjukkan kontak fisik lebih banyak
daripada orang-orang yang tinggal di daerah dingin.
1.
Individualisme Dan Kolektivisme
Dimensi ini menentukan bagaimana orang hidup bersama, dan nilai-nilai
mereka, dan bagaimana mereka berkomunikasi. Kajiannya tentang individualisme
dalam lima puluh tiga negara, negara yang paling individualistik secara
berurutan adalah Amerika, Australia, Inggris, Kanada, dan Belanda yang semuanya
negara Barat atau Eropa. Negara yang paling rendah tingkat individualismenya
adalah Venezuela, Kolombia, Pakistan, Peru, dan Taiwan yang semuanya budaya Timur
atau Amerika Selatan. Korea berurutan ke-43 dan Indonesia berurutan ke-47.
Orang-orang dari budaya individualistik relatif kurang bersahabat dan
membentuk jarak yang jauh dengan orang lain. Budaya-budaya kolektivistik saling
tergantung, dan akibatnya mereka bekerja, bermain, tidur, dan tinggal
berdekatan dalam keluarga besar atau suku.
2.
Feminin Dan Maskulin
Maskulinitas adalah dimensi budaya yang sering terlupakan. Ciri-ciri khas
maskulin biasanya disangkutpautkan dengan kekuatan, ketegasan, persaingan, dan
ambisi, sedangkan ciri-ciri khas feminin dihubungkan dengan kasih sayang,
pengasuhan, dan emosi.
Budaya maskulin menganggap penting kompetisi dan ketegasan, sedangkan budaya
feminin lebih mementingkan pengasuhan dan perasaan. Tidak heran, maskulinitas
suatu budaya dihubungkan secara negatif dengan persentase wanita dalam pekerjaan
teknis dan profesional serta dihubungkan secara positif dengan pemisahan kedua
jenis kelamin dalam pendidikan tinggi. Negara dengan maskulinitas tertinggi
adalah Jepang, Austria, Venezuela, Itali, dan Swiss. Kecuali Jepang,
negara-negara ini semuanya terletak di Eropa Tengah dan Karibia. Negara dengan
nilai maskulinitas terendah adalah Swedia, Norwegia, Belanda, Denmark, dan
Finlandia yang semuanya negara Skandinavia atau Amerika Selatan kecuali
Thailand. Indonesia ditempatkan di urutan ke-30.
3.
Kesenjangan Kekuasaan
Kesenjangan kekuasaan telah diukur dalam banyak budaya menggunakan Indeks
Kesenjangan Kekuasaan (IKK). Budaya dengan nilai IKK tinggi mempunyai kekuasaan
dan pengaruh yang lebih terpusat dalam tangan sedikit orang daripada terbagi
dengan cukup merata di seluruh penduduk. IKK sangat berkaitan dengan
otoritarianisme. Negara dengan IKK tertinggi adalah Filipina, Meksiko,
Venezuela, India, dan Singapura. Negara-negara tersebut semuanya negara-negara
Asia Selatan atau Karibia, kecuali Perancis. Negara dengan IKK terendah (mulai
dari yang paling rendah) adalah Austria, Israel, Denmark, Selandia Baru, dan
Irlandia. Dalam hal ini, Indonesia terletak di tingkat ke-8 yang sangat tinggi.
Sistem sosial dengan perbedaan kekuasaan juga menghasilkan perilaku kinesik
yang berbeda.
4.
Konteks Tinggi Dan Rendah
Komunikasi atau pesan konteks tinggi (KT) adalah suatu komunikasi di mana
sebagian besar informasinya dalam konteks fisik atau ditanamkan dalam
seseorang, sedangkan sangat sedikit informasi dalam bagian-bagian pesan yang diatur,
eksplisit, dan disampaikan. Teman yang sudah lama saling kenal sering
menggunakan KT atau pesan-pesan implisit yang hampir tidak mungkin untuk
dimengerti oleh orang luar. Situasi, senyuman, atau lirikan memberikan arti
implisit yang tidak perlu diucapkan. Dalam situasi atau budaya KT, informasi
merupakan gabungan dari lingkungan, konteks, situasi, dan dari petunjuk nonverbal yang memberikan
arti pada pesan itu yang tidak bisa didapatkan dalam ucapan verbal eksplisit.
Pesan konteks rendah (KR) hanyalah merupakan kebalikan dari pesan KT,
sebagian besar informasi disampaikan dalam bentuk kode eksplisit. Pesan-pesan
KR harus diatur, dikomunikasikan dengan jelas, dan sangat spesifik. Tidak
seperti hubungan pribadi, yang relatif termasuk sistem pesan KT, institusi
seperti pengadilan dan sistem formal seperti matematika atau bahasa komputer menuntut
sistem KR yang eksplisit karena tidak ada yang bisa diterima begitu saja.
Budaya konteks yang ditemukan di Timur, Cina, Jepang, dan Korea merupakan
budaya-budaya berkonteks sangat tinggi. Bahasa merupakan sebagian dari sistem
komunikasi yang paling eksplisit, namun bahasa Cina merupakan sistem konteks
tinggi yang implisit. Orang-orang dari Amerika sering mengeluh bahwa orang
Jepang tidak pernah bicara langsung ke pokok permasalahan, mereka gagal dalam
memahami bahwa budaya KT harus memberikan konteks dan latar dan membiarkan pokok
masalah itu berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar