Suluk adalah proses latihan perbaikan kesalahan kemudian meminta ampun dan
kemudian meminta ampun. Jadi tariqat itu merupakan wadah atau sarana untuk
mencapai jalan dengan diajar seorang guru, sedangkan suluk adalah latihannya.
Adapun hakekat suluk, ialah mengosongkan diri dari sifat-sifat buruk (dari
maksiat lahir dan dari maksiat bathin) dan mengisinya dari sifat-sifat yang
terpuji atau mahmudah (dengan taat lahir dan bathin)..
Bersuluk bukan berarti
hanya mengasingkan diri. Bersuluk
adalah menjalankan agama sebagaimana awal mulanya, yaitu beragama dalam ketiga
aspeknya yaitu iman, islam, dan ihsan (tauhid
– fiqh – tasawuf) sekaligus, sebagai satu kesatuan agama islam yang tidak terpisahkan.
Dasar segala amalan adalah al-qur’an dan tuntunan rasulullah, demikian pula
amalan-amalan dalam suluk. Suluk tidak mengajarkan untuk meninggalkan syariat
pada level tertentu. Syariat (bahkan hingga hakikat dari pelaksanaan syariat)
tuntunan rasulullah wajib dipahami dan dilaksanakan oleh seorang salik, hingga
nafasnya yang penghabisan.
Jadi, bersuluk kurang lebih adalah berislam dengan sebaik-baiknya dalam
sikap lahir maupun batin, termasuk berusaha memahami kenapa seseorang harus
berserah diri (berislam), mengetahui makna berserah diri kepada allah, dalam
rangka berusaha mengetahui fungsi spesifik dirinya bagi allah, untuk apa ia
diciptakan-nya.
Al quran, firman allah swt, surah al baqarah ayat 222: sesungguhnya allah
menyukai orang-orang yang tobat dan orang-orang yang mensucikan diri.
Surah al kahfi ayat 110: maka barang siapa mengharap perjumpaan dengan
tuhannya, hendaklah dia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah dia
mempersekutukan seseorang pun dalam beribadat kepada tuhannya.
Surah al araf ayat 142: dan telah kami janjikan kepada musa (memberikan
taurat) sesudah berlalu waktu 30 malam dan kami sempurnakan jumlah malam itu
dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan
tuhannya 40 malam.
Surah an nahl ayat 69: maka tempuhlah jalan tuhanmu yang telah dimudahkan
bagimu.
Al hadist, sabda rasulullah saw: barangsiapa menempuh jalan untuk menggali
ilmu (termasuk dengan beramal), allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga.
Hadist riwayat bukhari: nabi muhammad diberi kesenangan menjalankan khalwat
di gua hira’, dengan tujuan beribadat kepada allah swt pada beberapa malam yang
tidak sebentar.
Dari ayat-ayat tersebut di atas, dengan tegas allah menyukai dan mencintai
orang yang selalu bertobat dari dosa lahir maupun dosa batin, yang dia ketahui
ataupun yang dia tidak ketahui. Orang yang bertobat dan mensucikan dirinya,
kemudian mengisinya dengan amal-amal saleh dan tidak menserikatkan-nya dengan
sesuatu pun, allah menjanjikan akan ada perjumpaan dengan-nya nanti.
Persiapan suluk
Seseorang yang akan melaksanakan suluk, harus siap fisik dan mental. Secara
fisik orang yang akan suluk harus menyelesaikan dahulu segala sesuatu urusan
duniawiyahnya, misalnya membayar utang piutangnya kalau dia berhutang,
menyerahkan kegiatan usahanya kepada orang lain, minta ma’af kepada orang tua,
sanak famili dan handai taulan, sebab orang yang suluk itu bertekad seolah-olah
dia menuju kepada zikrul maut (ingat kepada mati). Jadi kalau ingat kepada
mati, dia harus melupakan dan menyelesaikan segala urusan dunianya terlebih
dahulu. Sabda rasulullah saw “rasakanlah mati sebelum engkau mati”.
Secara mental seseorang yang akan suluk, harus terlebih dahulu bertobat
dari segala dosa lahir dan dosa batin, serta mengakui bahwa dia mempunyai
banyak dosa. Karena itu dia harus berniat dengan ikhlas untuk melaksanakan
suluk semata-mata karena allah, semata-mata mentaati perintah allah dan
rasul-nya.
Pada masa pengaruh ajaran muhammad ibn abdul wahab (1703-1787), yang
terkenal dengan sebutan wahabi, kerajaan arab saudi telah melarang semua yang
berbau bid’ah termasuk thariqat naqsabandiyah, karena dianggap bertentangan
dengan ajaran islam yang murni. Rumah suluk yang dipimpin oleh syaikh sulaiman
zuhdi di puncak jabal abi qubais, makkah, ditutup dan buku-buku dan karangannya
dibakar.
Harapan kita walaupun aliran thariqat banyak yang pro dan kontra, terlepas
dari hal itu, kita harus menjalankan ajaran islam ang sesuai dengan tuntunan
al-qur’an dan hadits.