MASYARAKAT
A. PENGERTIAN
MASYARAKAT
Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat
dari beberapa ahli sosiologi dunia.
Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang
menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan
objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan
kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang
cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta
melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia
tersebut.
Menurut
Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah
masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama.
Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka
berdasarkan kemaslahatan.
Manusia merupakan makhluk yang
memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di
sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia
memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi
sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata
pencaharian. Pakar ilmu sosial
mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis,
masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut
masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan
pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat
agrikultural tradisional.
Masyarakat
dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan
kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.
B. FAKTOR-FAKTOR
/ UNSUR-UNSUR MASYARAKAT
Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat
unsur sebagai berikut ini:
1.
Berangotakan
minimal dua orang.
2.
Anggotanya
sadar sebagai satu kesatuan.
3.
Berhubungan
dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling
berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
4.
Menjadi
sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama
lain sebagai anggota masyarakat.
C. CIRI
/ KRITERIA MASYARAKAT YANG BAIK
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus
dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.
ü Ada sistem tindakan utama.
ü Saling setia pada sistem tindakan utama.
ü Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
ü Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran /
reproduksi manusia.
Menilik kenyataan di lapangan,suatu kelompok masyarakat dapat
berupa suatu suku bangsa. Bisa juga berlatar belakang suku.Dalam pertumbuhan
dan perkembangan suatu masyarakat, dapat digolongkan menjadi masyarakat
sederhana dan masyarakat maju (masyarakat modern).
1.
Masyarakat
Sederhana
Dalam lingkungan
masyarakat sederhana (primitif) pola pembagian kerja cenderung dibedakan
menurut jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya
berpngkal tolak dari kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan
pria dalam menghadapi tantangan alam yang buaspada saat itu. Kaum pria
melakukan pekerjaan yang berat-berat seperti berburu, menangkap ikan di laut,
menebang pohon, berladang dan berternak. Sedangkan kaum wanita melakuakan
pekerjaann yang ringan-ringan seperti mengurus rumah tangga, menyusui dan
mengasuh anak-anak ,merajut, membuat pakaian, dan bercocok tanam.
2.
Masyarakat Maju
Masyarakat maju
memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih dikenal dengan kelompok
organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan
serta tujuan tertentu yang akan dicapai. Organisasi kemasyarakatan tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan terbatas sampai pada cakupan nasional, regional
maupun internasional.
Dalam lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan sebagai kelompok masyarakat non industri dan masyarakat industri.
Dalam lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan sebagai kelompok masyarakat non industri dan masyarakat industri.
a.
Masyarakat Non
Industri
Secara garis besar,
kelompok nasional atau organisasi kemasyarakatan non industri dapat digolongkan
menjadi dua golongan yaitu :
Kelompok Primer
Dalam kelompok
primer, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat, lebih
akrab. Kelompok primer ini juga disebut kelompok “face to face group”, sebab
para anggota sering berdialog bertatap muka. Sifat interaksi dalam kelompok
primer bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati.
Pembagian kerja dan
tugas pada kelompok menerima serta menjalankannya tidak secara paksa, namun
berdasarkan kesadaran dan tanggung jawab para anggota secara sukarela. Contoh-contohnya : keluarga, rukun tetangga, kelompok
agama, kelompok belajar dan lain-lain.
Kelompok Sekunder
Antaran anggota
kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak langsung, formal, juga kurang
bersifat kekeluargaan. Oleh karena itu sifat interaksi, pembagian kerja,
antaranggota kelompok diatur atas dasar pertimbangan-pertimbangan rasiomnal dan
objektif.
Para anggota menerima
pembagian kerja/tugas berdasarkan kemampuan dan keahlian tertentu, disamping
itu dituntut pula dedikasi. Hal-hal tersebut dibutuhkan untuk mencapai target
dan tujuan tertentu yang telah di flot dalam program-program yang telah
sama-sama disepakati. Contohnya: partai politik, perhimpunan serikat
kerja/buruh, organisasi profesi dan sebagainya.
Kelompok sekunder
dapat dibagi dua yaitu : kelompok resmi (formal group) dan kelompok tidak resmi
(informal group). Inti perbedaan yang terjadi adalah kelompok tidak resmi tidak
berststus resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
Tangga (ART) seperti lazim berlaku pada kelompok resmi.
b.
Masyarakat Industri
Durkheim
mempergunakan variasi pembagian kerja sebagi dasar untuk mengklarifikasikan
masyarakat, sesuai dengan taraf perkembangannya, tetapi ia lebih cenderung
memergunakan dua taraf klarifikasi, yaitu sederhana dan yang kompleks. Masyarakat
yang berada di antara keduanya daiabaikan (Soerjono Soekanto, 1982 :190).
Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat bertambah tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah mengenal pengkhususan.
Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat bertambah tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah mengenal pengkhususan.
Otonomi sejenis
juga menjadi ciri dari bagian/kelompok-kelompok masyarakat industri dan
diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara
mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.
Laju pertumbuhan
industri-industri berakibat memisahkan pekerja dengan majikan menjadi lebih
nyata dan timbul konflik-konflik yang tak terhindarkan, kaum pekerja membuat
serikat-serikat kerja/serikat buruh yang diawali perjuangan untuk memperbaiki
kondisi kerja dan upah. Terlebih setelah kaum industralis mengganti tenaga
manusia dengan mesin.